Sambut Isra’ Miraj, PHP2D SENMA FSB UNG bersama masyarakat Desa Bongo gelar Tradisi Walima

Momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal atau biasa disebut dengan Maulid Nabi, memang selalu mendapat perhatian khusus dari masyarakat Indonesia.

Di Gorontalo, khususnya di Desa Bongo juga memiliki tradisi perayaan yang sangat menarik yang biasa dikenal dengan perayaan Walima.

Tim Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Senat Mahasiswa FSB Universitas Negeri Gorontalo di Desa Bongo Kec. Batudaa Pantai memanfaatkan momentum ini untuk turut meramaikan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad yang tahun ini jatuh pada tanggal 19 Oktober 2021 dengan turut membantu bahu membahu dengan masyarakat Desa Bongo dalam mempersiapkan kegiatan peringatan Walima ini.

Dok. Tim PHP2D SENMA FSB UNG
Dok. Tim PHP2D SENMA FSB

Kegiatan dimulai pada malam hari sesudah sholat isya diawali dengan Tradisi Dikili. Dikili merupakan pembacaan naskah peninggalan leluhur isinya tertulis tangan dalam satu naskah berbentuk ungkapan dan kisah yang ditampilkan melalui lagu. Naskah yang tersebar dalam masyarakat terdiri atas: bahasa Arab, bahasa Indonesia dan bahasa daerah Gorontalo. Tiga bahasa dalam naskah tersebut ditulis bervariasi. Isi naskah terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk puisi dan bentuk prosa (cerita). Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala.

Dikili dilantunkan sepanjang malam hingga sholat subuh selama kurang lebih 9-10 jam. Menjelang berakhirnya dikili, diadakan doa bersama, usai doa, sajian walima berupa tolangga dan toyopo yang berisi beranekaragam kue dan panganan dibagikan kepada tukang dikili, jamaah dan masyarakat sekitar.

Tradisi ini telah dikenal di penjuru nusantara, bahkan telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2010.

Perlu diingat bahwasanya kegiatan ini dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes) Covid-19.Adapun fungsi sosial yang tercermin dalam partisipasi masyarakat yang dengan sukarela memberikan sumbangan baik berupa uang maupun sajian tolangga dan toyopo untuk dibagikan kepada tukang dikili, jamaah dan masyarakat lainnya. Selain itu, fungsinya sebagai hiburan dan peringatan keagamaan serta pendidikan dan syiar Islam. 

(Diliput oleh: Abdul Hafid – Redaksi GTLO) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.